nih makalah gue semester 2 dulu.. lumayan buat arsi. hahaha
Ada banyak klasifikasi anak
berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional,
maupun masalah akademik.
1.
Anak-Anak
Berkelainan Fisik
I.
Klasifikasi
Anak Tunanetra
Tunanetra memiliki tingkatan
yang berbeda-beda. Secara pedagogis membutuhkan pelayanan pendidikan khusus dan
belajarnya di sekolah. Berdasarkan tingkatannya, dibedakan atas :
1) Berdasarkan
Tingkat Ketajaman Penglihatan
Seseorang
dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan
ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang
mengalami kelainan penglihatan kategori low
vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman
penglihatan 6/20m-6/60m. kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih
dapat melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang
mengalami kelainan penglihatan kategori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat
ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini masih
ada dua kemungkinan,
(1) Penderita
adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan, ataupun
(2) Hanya
dapat membedakan gelap dan terang.
Sedangkan
tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali
tidak dapat melihat.
2) Berdasarkan
Adaptasi Pedagogis
Kirk,
SA (1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan kemampuan
penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang diperlukan.
Klasifikasi yang dimaksud adalah :
·
Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini mereka masih
dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan oleh orang awas dengan
menggunakan alat bantu kgusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.
·
Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki
penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan
alat bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan tenaga
dalam mengerjakan tugas-tugas visual.
·
Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability). Pada
taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan
tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan
menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam
pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh
pendidikan.
II.
Klasifikasi
Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk
pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak.
Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan merespon
bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan
kemampuan mendengar, yaitu umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak
turarungu secara umum, yaitu :
1. Klasifikasi
umum
·
The deaf, atau tuli, yaitu penyandang
tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkatan ketulian diatas 90 dB.
·
Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu
penyandang tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90 dB.
2. Klasifikasi
khusus
Tunarungu
ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45 dB.
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan
taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suar-suara yang
datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seorang anak secara pedagogis
sudah memerlukan perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan
menempatkan tempat duduk dibagian depat, dekat dengan guru.
·
Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu
yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB.
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan
taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak3-5 feet
secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk
anak yang mengalami ketunarunguan taraf inimemerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan pembinaan
komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
·
Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu
yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB
Seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf
berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan
diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti
pendidikanya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukanadanya pembinaan-pembinaan
atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya.
·
Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 90 dB keatas.
Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak
dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui
getaran-getaran yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya,
penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau
penglihatannya.
III.
Klasifikasi
Anak Tunadaksa
Anak
tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh,
yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan
kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi
sebagai berikut :
Menurut tingkat kelainannya,
anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)
Cerebral
Palsy (CP) :
·
Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu,
mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri.
·
Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan,
latihan berbicara, dan mengurus dirinya sendiri.
·
Berat, memerlukan perawatan tetap dalam
ambulansi, berbicara, dan menolong diri sendiri.
2) Berdasarkan
letaknya
·
Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh
ototnya
·
Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol
(athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan
(rigid).
·
Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi
mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
·
Campuran, yang mengalami kelainan ganda.
3) Polio
·
Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher,
sekat dada, tangan dan kaki.
·
Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada
satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.
·
Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe
spinal dan bulbair.
·
Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan
adanya demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
2.
Anak
Berkelainan Mental Emosional
a.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Untuk
memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan
klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang
berbeda-beda. Klasifikasi akademik tunagrahita berdasarkan barbagai tinjauan
diantaranya :
1)
Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)
-
Tunagrahita ringan IQ 50-70
-
Tunagrahita sedang IQ 35-70
-
Tunagrahita berat IQ 20-35
-
Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah
20
2) Berdasarkan
kemampuan akademik
-
Tunagrahita mampudidik
-
Tunagrahita mampulatih
-
Tunagrahita perlurawat
3) Berdasarkan
tipe klini pada fisik
-
Down’s
Syndrone (mongolism)
-
Macro
Cephalic (Hidro Cephalic)
-
Micro
Cephalic
Pengklasifikasian
anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam menyusun program
layanan/ pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa
perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi
sangat besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat
bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai
berikut :
1. Klasifikasi
yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang variasi anak tunagrahita
dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomic dan fisiologik yang
mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis diantaranya :
a. Down Syndrom
(dahulu disebut mingoloid)
Pada
tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan cirri : mata
sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur
keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar,
pipi bulat, bibir tebal an besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang
tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek.
b.
Kretin
Pada
tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan
pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal.
c.
Hydrocephalus
Gejala
yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala) yang
disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal
pada kepala. Cairan ini member tekanan pada otak besar (cerebrum) yang
menyebabkan kemunduran fungsi otak.
d.
Microcephalus,
Macrocephalus, Brachicephalus, dan Schaphocephalus
Keempat
istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yang
masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
·
Microcephalus :
bentuk ukuran kepala yang kecil
·
Macrocephalus :
bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal
·
Brachicephalus : bentuk kepala yang melebar
·
Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang
panjang sehingga menyerupai menara.
Gambar
:
Microcephalus macrocephalus
Brachicephalus schaphocephalus
e. Cerebral Palsy
(kelompok kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan
pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, disamping kemungkinan mengganggu pusat
koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan
gangguan koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian dalam
bidang penanganan tunagrahita.
f.
Rusak Otak (brain damage)
Kerusakan
otak berpengaruh pada berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh pusat susunan
syaraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan,
gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik.
2. Klasifikasi
yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam
kemampuannya mengikuti pendidikan.
Kalangan American Education (Moh. Amin,
1995:21) mengelompokkan menjadi Educable
mentally retarded, trainable mentally retarded and Totally / costudial
dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu
latih, dan perlu rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut :
a. Mampu
didik,anak ini setingkat mild,
borderline, marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar
50/55-70/75.
b. Mampu
latih, setingkat dengan morderate, semi
dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
c. Perlu
rawat, mereka termasuk totally dependent
or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya
0/5-20/25.
3. Klasifikasi
yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya
mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukannya dalam masyarakat.
Menurut
AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut :
a. Tunagrahita
ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyelesaian diri
pada lingkungan social yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat
semi terampil.
b. Tunagrahita
sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50, mampu melakukan
keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi
social dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin yang
perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered work shop).
c. Tunagrahita
berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya selalu tergantung bantuan dan
perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan
komunikasi secara sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
4. Klasifikasi
yang dikemukakan oleh Leo Kanner (Amin, 1995:22-24), dan ditinjau dari sudut
tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut :
a. Tunagrahita
absolute, termasuk kelompok
tunagrahita yang jelas nampak ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun
perkotaan, dimasyarakat petani, maupun masyarakat industry, di lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang
tunagrahita kategori sedang.
b. Tunagrahita
relative, termasuk kelompok tunagrahita
yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat
masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian
adalah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap
tunagrahita dan di masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan
tunagrahita.
c. Tunagrahita
semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukkan
penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai
kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah
khusus karena menurut kasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat
pengejaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan
adaptasi sosialnya normal.
5. Klasifikasi
menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman,
1988:48) sebagai berikut :
TERM
|
IQ RANGE FOR LEVEL
|
Mild Mental Retardation
Moderate Mental Retardation
Severe Mental Retardation
Profound Mental Retardation
|
55-70 to Aprox, 70
35-40 to 50-55
20-25 to 35-40
Bellow 20 or 25
|
b.
klasifikasi
Anak Tunalaras
anak tunalaras adalah
anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada
hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal,
atau tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku
sosialnya.
Beberapa klasifikasi yang menonjol
dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini
adalah :
1. Berdasarkan
perilakunya
·
Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi,
memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit
berkonsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain,
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri,
mengejek, dan sebagainya.
·
Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas,
ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya
diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
·
Kurang dewasa ; suka berfantasi,
berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan,
dan sebagainya.
·
Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri
dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering
pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
2. Berdasarkan
kepribadian
·
Kekacauan perilaku
·
Menarik diri(withdrawll)
·
Ketidakmatangan(immaturity)
·
Agresi social
3. Anak
Berkelainan Akademik
I.
Klasifikasi
Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan
intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony
Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi
total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan
manusia berbakat tinggi (highly gifted)
,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137 yaitu yaitu yang mencakup
rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau keberbakatan
intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya
dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang
meliputi :
1. Kategori
rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110-119
2. Kategori
superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
3. Kategori
sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169
II.
Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat
1. Kebutuhan
Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh
karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika
dibandingkan
dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan
hal-hal berikut ini :
a. Anak
berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui
penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien .
b. Membutuhkan
peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak
menjadimanusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan
manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c. Membutuhkan
peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar
berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya
pada aspek kecerdasan saja .
2. Kebutuhan pendidikan yang Berkaitan
dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan
potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak
tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna
dalam pengembangan bangsa dan negara . Oleh karena itu ,pendidikan anak
berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat ,antara lain sebagai berikut :
a. Membutuhkan kepedulian dari
masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat
b. Membutuhkan pengembangan SDM
berbakat .
c. Anak berbakat membutuhkan keserasian
antara kemampuannya dengan pengalaman belajar .
d. Membutuhkan usaha untuk mewujudkan
kemampuan anak berbakat secara nyata (real)
melalui latiahan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu
sendiri
III.
Jenis-jenis Layanan Bagi Anak-anak Berbakat
1. Komponen
sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum
mementukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat ,kita perlu
memperhatikan beberapa hal yang penting antara lain sebagai berikut :
a. Pengidentifikasian
anak berbakat
Karakteristik
anak berbakat yang dikemukakan pada uraian sebelumnya diharapkan dapat
memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat
membantu dalam menetapkan kebutuahan pendidikan anak berbakat .
Alat–alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada bebrapa hal, seperti
yang dikemukakan oleh Kirk (1986) yaitu kelncaran (kemampuan untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diberikan), kelenturan ( kemapuan untuk memberikan
berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons lain),
dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak )
Selanjutnya Renzulli, dkk seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan
bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemapuan
intelektual umum,komitmen terhadap tugas dan kreativitas .
b. Tujuan
umum pendidikan anak berbakat
Tujuan
program pendidikan anak berbakat adalah:
a) Anak-anak
berbakat harus menguasai system konseptual yang penting ada pada tingkat
kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran.
b) Anak-anak
berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka
menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya.
c) Anak-anak
berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar
yang akan membawa mereka melaui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian
proses yang tidak dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).
Kebutuahan
pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu
sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat
2. Komponen
sebagai alternatif implementasi jenis layanan
Hal
yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat yaitu
ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.
(1) Adaptasi
lingkungan belajar
Ada
beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar yaitu:
·
Untuk memberikan kesempatan anak berbakat
dalam berinteraksi dengan teman seusianyadalam jangka waktu tertent u.
·
Untuk memudahkan guru dalam mengajar karena
berkurangnya keanekaragaman siswa.
·
Untuk menempatkan siswa berbakat dengan
pengajar yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat.
(2) Adaptasi
program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara diantaranya sebagai berikut:
a. Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley
mengemukakan ada beberapa cara percepatan yaitu:
·
Pemasukan sekolah pada usia dini
·
Pelompatan tingkat/kelas
·
Percepatan materi anak
·
Penempatan yang maju
·
Pemasukan ke perguruan tinggi yang lebih awal
b. Melalui
pengayaan
Pengayaan
isi (mata pelajaran) memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan materi
pada siswa untuk mempelajari materi secara luas ,seperti menggunakan ilustrasi
khusus, membuat contoh-contoh ,memperkaya pandangan ,dan menemukan sesuatu.
c. Pencanggihan materi pelajaran
Materi
pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran atau yang
tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.
d. Pembaruhan
Pembaruhan
isi pelajaran adalah pengenalan materi yang tak biasanya tak akan muncul dalam
kurikulum umum karena keterbtasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.
e. Modifikasi
kurikulum sebagai alternatif
Ø Kurikulum
plus
Herry
Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum
(nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar
siswa mampu memanisfetasikan potensi proses pemikiran tingat tinggi.
Ø Kurikulum
berdiferensiasi
Conny
Setiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan
mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan
menumbuhkan kreatifitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual
tingkat tinggi.
IV.
Klasifikasi
Anak Berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan khusus yang
ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi)
yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning
disability merupakan salah satu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan
yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis
kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang
lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat
dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
1.
Kesulitan
Belajar Perkembangan
Pengelompokkan
kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan
belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara
akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat akademis ,seperti
kematangan persepsi visual-audiotory,wicara,daya
diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.
2.
Kesulitan
Belajar Akademik
Anak-anak
usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan belajar
akademik anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang
sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu jenis/bidang akademik seperti
berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan
membaca (disleksia), kesulitan
menulis (disgraphia), kesulitan
bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak
terampil (dispraksia), dsb .
Ada
klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami
anak yaitu:
Ø Dispraksia:
merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam
melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang di pegang, sering
memecahkan gelas kalau minum.
Ø Disgraphia:
kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga
tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas
motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah
atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
Ø Diskalkulia:
adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering dikarenakan
adanya gangguan pada memori dan logika
Ø Disleksia:
merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman
Ø Disphasia:
kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi
baik menggunakan tulisan maupun lisan.
Ø Body
awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada
aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar