Senin, 18 Maret 2013

KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


nih makalah gue semester 2 dulu.. lumayan buat arsi. hahaha

            Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik.

1.     Anak-Anak Berkelainan Fisik
I.           Klasifikasi Anak Tunanetra
            Tunanetra memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara pedagogis membutuhkan pelayanan pendidikan khusus dan belajarnya di sekolah. Berdasarkan tingkatannya, dibedakan atas :
1)   Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
Seseorang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori low vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini masih ada dua kemungkinan,
(1)  Penderita adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan, ataupun
(2)  Hanya dapat membedakan gelap dan terang.
Sedangkan tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.

2)   Berdasarkan Adaptasi Pedagogis
Kirk, SA (1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang diperlukan. Klasifikasi yang dimaksud adalah :
·         Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu kgusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.

·         Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan tenaga dalam mengerjakan tugas-tugas visual.
·         Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability). Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan.
II.      Klasifikasi Anak Tunarungu
            Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan merespon bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yaitu umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak turarungu secara umum, yaitu :
1.    Klasifikasi umum
·         The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkatan ketulian diatas 90 dB.
·         Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90 dB.

2.    Klasifikasi khusus
Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45 dB.
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suar-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk dibagian depat, dekat dengan guru.
·         Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB.
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf inimemerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
·         Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB
Seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan  alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikanya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukanadanya pembinaan-pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya.
·         Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas.
Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.

III.     Klasifikasi Anak Tunadaksa
            Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut  :
            Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)    Cerebral Palsy (CP) :
·         Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri.
·         Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus dirinya sendiri.
·         Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri sendiri.
2)    Berdasarkan letaknya
·         Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya
·         Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).
·         Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
·         Campuran, yang mengalami kelainan ganda.
3)    Polio
·         Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki.
·         Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.
·         Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
·         Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

2.   Anak Berkelainan Mental Emosional
a.    Klasifikasi Anak Tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi akademik tunagrahita berdasarkan barbagai tinjauan diantaranya :

1)    Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)
-          Tunagrahita ringan IQ 50-70
-          Tunagrahita sedang IQ 35-70
-          Tunagrahita berat IQ 20-35
-          Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20

2)    Berdasarkan kemampuan akademik
-          Tunagrahita mampudidik
-          Tunagrahita mampulatih
-          Tunagrahita perlurawat

3)    Berdasarkan tipe klini pada fisik
-          Down’s Syndrone (mongolism)
-          Macro Cephalic (Hidro Cephalic)
-          Micro Cephalic
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam menyusun program layanan/ pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut :
1.    Klasifikasi yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang variasi anak tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomic dan fisiologik yang mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis diantaranya :
a.    Down Syndrom (dahulu disebut mingoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan cirri : mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal an besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek.
b.    Kretin
Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal.
c.    Hydrocephalus
Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini member tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan kemunduran fungsi otak.
d.    Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus, dan Schaphocephalus
Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
·         Microcephalus     : bentuk ukuran kepala yang kecil
·         Macrocephalus    : bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal
·         Brachicephalus   : bentuk kepala yang melebar
·         Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang sehingga menyerupai menara.

Gambar :
     Microcephalus                                                macrocephalus
                       
                       
              Brachicephalus                                                  schaphocephalus
                    

e.    Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, disamping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian dalam bidang penanganan tunagrahita.
f.      Rusak Otak (brain damage)
Kerusakan otak berpengaruh pada berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh pusat susunan syaraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik.

2.    Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan.
Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21) mengelompokkan menjadi Educable mentally retarded, trainable mentally retarded and Totally / costudial dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut :
a.    Mampu didik,anak ini setingkat mild, borderline, marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
b.    Mampu latih, setingkat dengan morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
c.    Perlu rawat, mereka termasuk totally dependent or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25.

3.    Klasifikasi yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukannya dalam masyarakat.
Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut :
a.    Tunagrahita ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyelesaian diri pada lingkungan social yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.
b.    Tunagrahita sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi social dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin yang perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered work shop).
c.    Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan komunikasi secara sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.

4.    Klasifikasi yang dikemukakan oleh Leo Kanner (Amin, 1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut :
a.    Tunagrahita absolute, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas nampak ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan, dimasyarakat petani, maupun masyarakat industry, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang.
b.    Tunagrahita relative, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian adalah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap tunagrahita dan di masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan tunagrahita.
c.    Tunagrahita semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukkan penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah khusus karena menurut kasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat pengejaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya normal.
5.    Klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman, 1988:48) sebagai berikut :
TERM
IQ RANGE FOR LEVEL
Mild Mental Retardation
Moderate Mental Retardation
Severe Mental Retardation
Profound Mental Retardation
55-70 to Aprox, 70
35-40 to 50-55
20-25 to 35-40
Bellow 20 or 25

b.   klasifikasi Anak Tunalaras
            anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
            Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah :
1.    Berdasarkan perilakunya
·         Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
·         Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
·         Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.
·         Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.

2.    Berdasarkan kepribadian
·         Kekacauan perilaku
·         Menarik diri(withdrawll)
·         Ketidakmatangan(immaturity)
·         Agresi social




3.     Anak Berkelainan Akademik
I.          Klasifikasi Anak Berbakat

            Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137 yaitu yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau keberbakatan intelektual .

            Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang meliputi :
1.    Kategori  rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110-119
2.    Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
3.    Kategori sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169

II.         Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat

1.    Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika
dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini :
a.    Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien .
b.    Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak menjadimanusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c.    Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja .
2.    Kebutuhan pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara . Oleh karena itu ,pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat ,antara lain sebagai berikut :
a.    Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat
b.    Membutuhkan pengembangan SDM berbakat .
c.    Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar .
d.    Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (real) melalui latiahan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri


III.         Jenis-jenis Layanan Bagi Anak-anak Berbakat

1.    Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum mementukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat ,kita perlu memperhatikan beberapa hal yang penting antara lain sebagai berikut :

a.      Pengidentifikasian anak berbakat
Karakteristik anak berbakat yang dikemukakan pada uraian sebelumnya diharapkan dapat memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat membantu dalam menetapkan kebutuahan pendidikan anak berbakat .
            Alat–alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada bebrapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986) yaitu kelncaran (kemampuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan), kelenturan ( kemapuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak )
            Selanjutnya Renzulli, dkk seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemapuan intelektual umum,komitmen terhadap tugas dan kreativitas .

b.      Tujuan umum pendidikan anak berbakat
Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah:
a)    Anak-anak berbakat harus menguasai system konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran.
b)    Anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya.
c)    Anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melaui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).

Kebutuahan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat

2.    Komponen sebagai alternatif implementasi jenis layanan

Hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat yaitu ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.
(1)  Adaptasi lingkungan belajar
Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar yaitu:
·         Untuk memberikan kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman seusianyadalam jangka waktu tertent u.
·         Untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa.
·         Untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat.




(2)  Adaptasi program
       Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara diantaranya sebagai berikut:
a.     Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley mengemukakan ada beberapa cara percepatan yaitu:
·         Pemasukan sekolah pada usia dini
·         Pelompatan tingkat/kelas
·         Percepatan materi anak
·         Penempatan yang maju
·         Pemasukan ke perguruan tinggi yang lebih awal
b.    Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan materi pada siswa untuk mempelajari materi secara luas ,seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh ,memperkaya pandangan ,dan menemukan sesuatu.
c.     Pencanggihan materi pelajaran
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran atau yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.
d.    Pembaruhan
Pembaruhan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang tak biasanya tak akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbtasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.
e.    Modifikasi kurikulum sebagai alternatif
Ø  Kurikulum plus
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa mampu memanisfetasikan potensi proses pemikiran tingat tinggi.
Ø  Kurikulum berdiferensiasi
Conny Setiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreatifitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi.

IV.        Klasifikasi Anak Berkesulitan belajar
            Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan salah satu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis .
            Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:

1.        Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visual-audiotory,wicara,daya diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.

2.      Kesulitan Belajar Akademik
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .   

Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu:
Ø  Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau minum.
Ø  Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
Ø  Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika
Ø  Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman
Ø  Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.
Ø  Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar